Kemenangan untuk Kehidupan

Tragedi salib adalah wujud yang terlihat dari apa yang disebut dengan budaya kematian (culture of death). Budaya kematian menghasilkan kehidupan yang tidak manusiawi, melukai martabat kemanusiaan, juga memperlakukan manusia berlawanan dengan kemuliaan Allah yang menciptakan manusia. Adegan kengerian salib menimbulkan ketakutan yang mencengkram, seperti yang dialami oleh para murid.

Namun, sejak awal karya-Nya, Tuhan Yesus mengajarkan budaya yang baru, budaya kehidupan. Ajakan-Nya kepada para murid untuk menjadi penjala manusia adalah sebuah ajakan ke dalam budaya baru, budaya kehidupan. Penjala ikan akan menangkap ikan yang hidup dan kemudian mematikan ikan-ikan tersebut. Namun, penjala manusia, akan mencari manusia-manusia yang ‘mati’ dan membawa mereka ke dalam kehidupan.

Hadirnya perempuan menjadi tokoh dalam perikop Injil kita memperlihatkan betapa sebenarnya Allah tidak mengkotak-kotakkan manusia. Allah ingin mengubah cara pandang dunia yang menomor sekiankan para perempuan. Allah justru memakai para perempuan untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya.

Kelemahan, kesakitan, kesengsaraan, dan kematian di kayu salib adalah rangkaian budaya kematian yang ada di dunia ini. Allah tidak menghendaki umat-Nya terus hidup dalam budaya tersebut. Oleh karena itu, Allah dalam diri Yesus Kristus mengurbankan Diri-Nya agar umat manusia yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Allah menghendaki manusia hidup kekal, bukan mati kekal. Rencana Allah tersebut ternyata dalam diri Yesus Kristus. Oleh karena itu, apakah yang akan kita lakukan? Apakah kita akan merayakan kemenangan kita ini dengan hidup sekehendak hati kita, ataukah bersedia hidup sesuai dengan apa yang Allah kehendaki?

Tuhan memberkati.