Tuhan, Ajarlah Kami Berdoa

Melalui doa manusia berjumpa dengan Allah Sang Pemilik kehidupan. Oleh karena itulah maka ada ungkapan ‘doa adalah napas hidup orang percaya’. Di dalam doa itu kita berkomunikasi, mengutarakan keluh kesah, bersandar, juga memohon akan berbagai hal yang tak sanggup kita hadapi seorang diri tanpa pertolongan Tuhan.

Setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, hubungan manusia dengan Allah juga terputus. Dalam tradisi umat Israel, mereka bisa membawa korban persembahan penebus dosa kepada Allah melalui perantaraan para Imam. Namun, setelah Kristus datang, Kristus mengajarkan kepada pengikut-Nya untuk berdoa. Demikian doa yang Tuhan Yesus Ajarkan bagi murid-muridnya menurut Injil Lukas:

Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus seolah menjadi koreksi atas doa-doa formal komunal yang menjadi keseharian orang-orang Yahudi. Doa yang diajarkan Tuhan Yesus begitu sederhana dan begitu intim. Hal ini menggambarkan relasi yang seharusnya antara umat manusia dan Allah.

Melalui Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus ini, kita juga memahami bahwa melalui Tuhan Yesus Kristus kita telah dipersatukan kembali dengan Allah. Dosa yang telah menjadi jurang pemisah antara manusia dan Allah kini telah bisa terseberangi karena hadirnya Tuhan Yesus Kristus dalam hidup manusia.

Keintiman umat dengan Allah yang mencipta juga tergambar melalui doa Abraham bagi Sodom. Doa yang begitu intim seakan tidak ada jarak antara Allah dan Abraham. Doa semacam ini yang Tuhan ajarkan. Doa seharusnya menjadi ruang perjumpaan yang akrab dan erat antara manusia dengan Tuhan.

Doa yang akrab dengan Tuhan juga tergambar melalui sikap hidup sehari-hari. Hidup yang akrab dan tak berjarak, hidup yang senantiasa terkoneksi dengan Allah.