Pemahaman Yang Benar Tentang Harta Milik

Di dalam Injil Lukas yang kita baca pada Minggu ini kita mengetahui ada seorang yang datang kepada Yesus untuk mendapatkan nasihat terkait dengan persoalannya. Persoalan itu adalah tentang pembagian harta warisan. Orang tersebut datang kepada Tuhan Yesus dengan menyebut Dia sebagai Guru bukanlah tanpa alasan. Dalam tradisi Yahudi, jika terdapat sengketa, maka perlu dicari bantuan seorang ahli Taurat, guru hukum yang berwenang. Jadi, kedatangan orang tersebut kepada Tuhan Yesus bukanlah tanpa alasan, orang tersebut datang untuk mendapatkan nasihat dari seorang yang dianggapnya sebagai guru.

Alih-alih menanggapi persoalan sengketa tersebut. Tuhan Yesus justru mengajak orang tersebut untuk melihat permasalahan dengan lebih dalam. Tuhan Yesus ingin agar orang tersebut tidak juga terjebak pada ‘harta’ namun bisa melihat makna dari persoalan yang sedang dihadapi.
Perumpamaan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus menjelaskan tentang seorang yang serakah. Begitu serakahnya, orang tersebut membangun lumbung-lumbung yang besar untuk menimbun harta bendanya. Setelah menimbunnya, orang itupun berencana akan ‘pensiun’ dan menikmati segala harta yang dimilikinya. Namun di akhir perumpamaan yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, Dia mengatakan bahwa akhirnya orang itu berhadapan dengan Allah Sang Pemilik Hidup. Harta yang telah dipendamnya itu pun tidak lagi bisa dinikmatinya.

Melalui perumpamaan itu, Tuhan Yesus ingin agar baik orang tersebut maupun kita sebagai pembaca, tidak terjebak dalam keserakahan akan harta benda. Harta kita adalah kepunyaan Allah, hidup kita pun sama. Maka kita haruslah memohon hikmat kepada Allah untuk bisa mengelola harta kita, juga hidup kita.
Mari kita menikmati harta dan hidup karunia Allah dan menjadikannya sebagai berkat.