Persahabatan Bukan Permusuhan

Setiap manusia membutuhkan seorang sahabat. Dia/mereka menjadi penting dalam kehidupan manusia karena manusia butuh teman dalam mengurai persoalan hidup dengan tanpa ada dinding pemisah atau juga tabir-tabir yang menutupi. Seorang sahabat adalah seorang yang dengan mereka kita bisa berbicara tentang kebenaran dan bersamanya kita bisa mewujudkan mimpi bersama (Rebbeca Chopp).

Ada banyak metafora mengenai relasi kita dengan Allah, salah satunya adalah ‘sahabat’. Umat manusia adalah sahabat Allah. Di dalam relasi itu ada keintiman emosional yang tumbuh. Di sana juga ada hubungan yang saling membawa sukacita, kepercayaan, serta apresiasi. Dalam persahabatan dengan Allah kita bisa menerima dan memberikan.

Namun persahabatan antara manusia dengan Allah pernah rusak. Salah satu kerusakan itu adalah peristiwa yang kita ingat dengan ‘di Masa dan di Meriba’. Dalam peristiwa itu umat hilang kepercayaan kepada Allah. Mereka meragukan penyertaan Allah. Umat juga tidak lagi mempercayai Musa sebagai pemimpin mereka. Namun karena Allah adalah Sahabat yang sejati, Ia tetap beserta dan memelihara umat manusia, sahabat-Nya. Saat umat tidak memiliki air, Allah memberikan bagi mereka. Dengan cara yang ‘ajaib’ Allah menunjukkan kesetiaan-Nya sebagai sahabat kita. Ketika kita mendapati begitu setia dan kasih-Nya Allah pada kita, apakah yang bisa kita berikan kepada Allah sebagai bukti persahabatan dengan- Nya. Tidakkah kita bersedia melakukan firman-Nya dengan sukacita? Bersediakah kita mencintai sesama kita dan alam sekitar kita yang adalah buatan tangan-Nya? Semoga hidup hari-hari kita terus kita isi dengan karya-karya yang memperlihatkan keintiman persahabatan kita dengan Allah.