Kasih Karunia Allah Menumbuhkan Pengharapan

Setiap manusia pasti pernah mengalami situasi yang sulit dalam kehidupannya. Situasi sulit tersebut bisa berbentuk aneka macam hal. Pada situasi sulit tesebutlah kemudian kita (manusia) mencoba untuk mengatasinya dengan berbagai macam cara. Namun ada kalanya berbagai cara yang sudah kita usahakan nampaknya mengalami jalan buntu. Pada saat seperti inilah kemudian kita mencari orang lain yang kita pandang memiliki kekuatan/daya yang lebih besar atau lebih mampu untuk mengatasi persoalan yang sedang kita atasi. Pada orang tersebutlah kemudian kita menaruh pengharapan agar persoalan yang kita hadapi dapat terselesaikan.

Bisa jadi sesama kita memiliki sumber daya yang lebih besar untuk bisa mengatasi persoalan kita dibandingkan kemampuan yang kita miliki, namun apakah orang tersebut tidak memiliki keterbatasan? Tentu dengan mudah kita bisa mengatakan bahwa; setiap orang memiliki keterbatasan. Oleh karena itulah sebagai manusia, kita tidak bisa menggantungkan diri pada kemampuan orang lain. kita harus menggantungkan diri dan harapan kita kepada pihak yang tidak memiliki keterbatasan: Tuhan.

Di dalam perikop Injil yang kita baca bersama ini, kita bisa menjumpai bagaimana Tuhan Yesus ingin memperlihatkan bahwa Ia adalah Allah yang kepada-Nya kita bisa menggantungkan seluruh hidup kita. Bahkan, untuk sebuah hal yang sampai saat ini masih menjadi misteri bagi kehidupan manusia, kematian, Allah berkuasa atasnya. Tuhan Yesus menunjukkan kepada para murid-Nya bagaimana Dia membangkitkan Lazarus dari kematian.

Bangkitnya Lazarus membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah ‘pihak’ yang kepadaNya kita bisa menggantungkan harapan-harapan kita, kendati harapan tersebut terlihat mustahil bagi manusia, namun Tuhan Yesus bisa mewujudkannya bagi manusia.

Kehadiran Tuhan Yesus di dunia ini adalah wujud kasih setia Allah bagi umat manusia. Kehadiran-Nya bukan semata-mata untuk menunjukkan kuasa-Nya, namun ingin memberikan pengharapan bagi umat manusia bahwa ada Dia-lah Sang Sumber Pengharapan..