Digembalakan untuk Memulihkan dan Mendamaikan

Konteks kekristenan pada jaman Petrus merupakan konteks yang spesifik. Pada kala itu orang-orang kristen banyak yang mengalami penderitaan. Mereka ditindas sehingga semangat mereka pun lambat laun menjadi pudar. Iman orang-orang Kristen pada masa itu mengalami kemerosotan. Penderitaan yang terus-menerus membuat iman umat merosot.

Pada saat ini kita juga hidup dalam konteks yang khusus. Tidak ada lagi penindasan terang-terangan yang dialami oleh orang-orang Kristen. Secara khusus di GKI Karawaci kita bisa hidup beragama dengan merdeka. Tidak ada yang mengganggu ketika kita beribadah. Tidak ada ancaman pengrusakan juga untuk tempat ibadah yang kita pakai bersama. Namun, apakah kondisi yang demikian menjadi jaminan bahwa iman kita tidak mengalami kemerosotan? Jawaban untuk pertanyaan itu bisa ya, bisa juga tidak.

Bacaan Alkitab yang kita baca pada minggu ini, secara khusus untuk Injil menjadi pengingat bagi kita sekalian tentang jaminan hidup yang melekat pada kita, orang kristen. Dalam perikop Injil dikatakan bahwa Yesus adalah pintu bagi kawanan domba peliharaan-Nya. Apa makna pintu itu? Pada jaman itu, untuk menggembalakan domba dibutuhkan waktu yang cukup lama. Mereka harus membuat kandang dari tumpukan batu secara mengotak maupun lingkaran. Di salah satu sisinya terdapat sebuah celah untuk keluar masuk domba. Di celah itulah kemudian gembala biasa duduk dan melepas lelah.

Kristus Sang Pintu memastikan domba-domba aman di dalam kandang. Di dalam ‘kandang-Nya’ keselamatan umat terjaga. Di dalam-Nya ada keselamatan kekal. Dalam hal ‘berkelana’ di dunia luar, kita pun wajib mengikuti arahan Gembala Agung kita sehingga kita tetap aman dan selamat, serta bisa juga menjadi utusan untuk memulihkan dan mendamaikan sesama kita, seperti halnya kita telah dipulihkan dan didamaikan oleh Nya?.