Diselamatkan Oleh Kasih Setia-Nya

Salah satu ciri ‘orang berhasil’ menurut dunia ini adalah ketika orang tersebut punya ‘hamba-hamba’ untuk disuruh ini dan itu. Sebagai contoh: di saat dia memiliki hajatan, maka dia akan mengundang orang lain untuk datang. Jika orang yang diundang itu cukup punya kedudukan, maka dia akan menyuruh orang kepercayaannya untuk mengantarkan undangan, menjemput, bahkan ketika tamu itu sudah datang, bukan dia yang menyambut, melainkan orang- orang kepercayaannya yang lain yang akan menyambut. Terus, dia ada di mana? Orang tersebut ada di sebuah ruangan dan kemudian baru masuk ke ruang tamu saat semua tamu sudah ada di ruang tamu.

Namun bagaimana dengan Tuhan kita? Dia adalah Tuhan. Seharusnya Dialah yang kita sembah dan kita sambut. Namun apa yang terjadi? Justru Dialah yang menyambut kita. Bahkan Dia datang menggantikan kita untuk tergantung di salib, masuk dalam kematian. Lalu, Dia juga yang menjemput kita datang kepada Bapa. Jika seandainya ada jalan dan kendaraan menuju Sorga, maka Dia yang menyetir mobil, menunjukkan arah, serta mengantar hingga tujuan. Dia juga yang nantinya akan menyambut kita saat kita datang di Istana-Nya.

Jika kita telah demikian dikasihi-Nya, lalu apa balas kita bagi-Nya? Percaya! Percayalah bahwa Dia adalah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Dia adalah satu-satunya jalan menuju Bapa. Dia juga adalah gambaran nyata tentang Bapa yang tidak pernah kita lihat.

Bagaimanakah wujud percaya itu dalam kehidupan nyata? Wujudnya adalah melakukan apa yang sudah dikerjakan-Nya, bahkan melakukan pekerjaan- pekerjaan yang lebih besar lagi (Yoh.14:12). Mengasihi seperti Dia mengasihi, mengampuni seperti Dia mengampuni, dan memberi seperti Dia memberi. MeneladaniNya adalah wujud syukur kita kepada Allah yang demikian setia mau datang dan menyelamatkan kita.