Menghadapi Penolakan Dengan Kasih

Setiap orang pernah mengalami penolakan. Ditolak itu menyakitkan, dan tidak semua orang sanggup menerima sakit yang diakibatkan tersebut. Oleh karena itu, ketika seseorang mendapatkan penolakan, maka tid ak jarang yang kemudian menjadi patah arang. Dalam kondisi itu, seseorang tidak lagi memiliki pengharapan. Ketiadaan pengharapan tersebutlah yang kemudian membuat manusia bisa melakukan tindakan yang negatif. Ada manusia yang kemudian rela mengakhiri hidup nya sendiri, atau justru sebaliknya; orang tersebut tidak segan menyakiti orang lain.

Sebagai orang Kristen, tentu kita juga pernah menghadapi situasi demikian; ditolak hingga kita tak lagi memiliki pengharapan. Di dalam situasi tersebut, sebagai orang Kristen, tentu kita patut bersyukur karena Tuhan Yesus memperlihatkan bagaimana kita harus menghadapi situasi yang demikian.

Tuhan Yesus mendapatkan penolakan di tempat asalnya sendiri. Pada saat orang orang di luar daerahNya mengagungkan dan mencari cari Dia untuk mendapatkan berkat, namun di tempat asalNya sendiri Dia ditolak dan hendak dilemparkan dari tebing (Lukas 4:29). Penolakan yang begitu menyakitkan tentunya bagi kita yang membayangkan, dan tentunya juga bagi Tuhan Yesus. Namun, dalam situasi ditolak itu, Tuhan Yesus memperlihatkan bahwa Dia tidak terbawa emosi dan kehilangan pengharapan.

Di Kayu Salib, Tuhan Yesus membuktikan bahwa penolakan yang dialamatkan dunia kepadaNya tidak membuat rencana Allah gagal. Allah memiliki rencana untuk
menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa dan rencana itu digenapi di dalam Diri Tuhan Yesus. Tuhan Yesus memberikan teladan, bagaiman a menghadapi penolakan dengan kasih.