Kasih Tidak Ingkar

JANJI ADALAH HUTANG, demikianlah salah satu nilai hidup yang ditanamkan kepada kita sejak dini. Orang tua kita, guru kita, lingkungan kita, senantiasa menekankan kepada kita bahwa saat kita sudah berjanji, maka kita harus menepati janji tersebut. Namun dengan berbagai alasan, tidak jarang janji itu ternyata tidak bisa ditepati.
Bacaan Alkitab dari Wahyu kepada Yohanes dan juga Mazmur yang menjadi bacaan Minggu kita berbicara tentang langit baru dan bumi baru. Di sana dijelaskan bahwa saat Allah bersabda, maka segala sesuatu tercipta. Hal tersebut ingin menekankan bahwa Allah tidak ingkar. Apa yang keluar dari mulut-Nya, maka itu akan terjadi. Sangat berbeda dengan yang biasa terlihat dalam hidup manusia.
Manusia gampang sekali lupa pada janjinya. Bahkan begitu sering dan banyaknya orang lupa akan janji mereka, Bobby Willem Tutupoly atau yang dikenal sebagai Bob Tutupoly, menciptakan sebuah lagu berjudul Tinggi Gunung 1000 Janji. Lagu tersebut ingin mengingatkan betapa mudahnya lidah mengucapkan kata-kata, namun betapa sulit merealisasikannya.
Begitulah kehidupan umat manusia jika dibandingkan dengan apa yang Allah lakukan. Allah tidak ingkar, namun manusia punya banyak alasan untuk ingkar janji. Bahkan jika kita meneruskan pembacaan Injil kita hari ini, kita akan menemukan bahwa Petrus yang berjanji akan memberikan nyawanya bagi Tuhan Yesus, ternyata justru menghianati-Nya sebanyak 3 kali.
Kasih tidak ingkar menjadi perenungan kita. Allah sungguh mengasihi kita, sehingga Dia tidak ingkar akan janji – janji-Nya. Akankah kita juga membuktikan kasih kita kepada Allah? Jika kita mengasihi, apakah kita akan senantiasa menepati janji dan komitmen kita kepada Allah?
Contoh nyata dari Petrus, dia pernah menghianati Tuhan Yesus, namun kemudian dia sadar bahwa Tuhan Yesus sungguh mengasihinya maka dia terus diberkati. Maka, Petrus pun kemudian membuktikan kasih-nya kepada Tuhan Yesus dengan memberikan nyawanya untuk terus memberitakan Injil. Semoga, kita bisa meneladani Petrus dan Tuhan Yesus. Amin