Laskar Kristus

Baru-baru ini beredar video dan berita seorang anggota kepolisian. Anggota kepolisian tersebut diketahui tidak hafal Pancasila. Setelah disidang disiplin, yang bersangkutan dicopot dari jabatannya. Pencopotannya tentu bukan tanpa alasan. Yang bersangkutan adalah anggota Bhintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) yang memikul tugas negara di tengah kehidupan masyarakat. Memahami jati diri dan ideologi bangsa dan negaranya adalah wajib bagi seluruh warga negara Indonesia, apalagi seorang abdi negara.

Sebagai umat kristen, kita menyebut diri sebagai laskar Kristus. Tapi apakah dampak dari ’status’ kita tersebut? Apakah kemudian seorang laskar Kristus memahami jati diri dan juga menghidupi nilai-nilai kristiani?.
Surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika menegaskan tentang bagaimana seorang laskar Kristus itu hidup. Paulus pernah dianiaya, namun dengan pertolongan Allah, ia mendapatkan keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada umat di Tesalonika(2). Apa yang dikatakan oleh Paulus juga bukan berasal dari kesesatan atau ketidaktulusan, melainkan didasarkan atas syukurnya kepada Allah(3).

Allah telah menolong dan mempercayakan Injil kepada Paulus dan rekan-rekannya(4). Oleh karena itu Paulus ingin memuliakan/menyukakan Allah(4). Paulus bukan datang untuk menyukakan/mencari pujian manusia, namun untuk menyukakan Allah(6). Paulus memberikan hidupnya untuk melayani Allah dan umat-Nya.

Paulus meneladankan kepada kita bagaimana menjadi seorang laskar Kristus yang sejati. Seorang laskar Kristus sejati tahu identitasnya, dia taat dan setia kepada Kristus, apa yang dilakukan adalah untuk memuliakan-Nya. Lalu bagaimana dengan hidup kita?. Pada penutupan Bulan keluarga ini, apakah kita berkomitmen untuk menjadi laskar Kristus di keluarga dan di manapun kita berada? Apakah kita akan terus memuliakan Dia dalam setiap kondisi?.