Pribadi yang Memiliki Integritas

Integritas berasal dari bahasa Latin ‘integrate’ yang memiliki arti komplit atau tanpa cacat, sempurna, diartikan juga tanpa kedok (apa adanya). Dengan kata lain, seorang yang berintegritas maka diartikan sebagai seorang yang pikiran, ucapan, dan tindakannya sama. Di sinilah kemudian diketahui juga, terkait dengan moral, bahwa orang yang berintegritas teguh menjunjung nilai moral yang diyakini dalam hidupnya.

Bacaan Injil pada minggu ini juga mengajarkan tentang bagaimana hidup berintegritas. Tuhan Yesus, dalam Injil Matius, memberikan contoh melalui kehidupan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka (orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat) telah menduduki kursi Musa. Kata ’kursi Musa’ adalah metafora yang menggambarkan tentang otoritas pembelajaran dan tata kelola administrasi di sinagoge. Kritik yang diajukan Tuhan Yesus bukan tentang ajaran yang diajarkan, tetapi tentang orang yang mengajarkan.

Hal-hal terkait integritas disoroti oleh Matius dari perkataan Tuhan Yesus tentang perilaku kehidupan orang yang seharusnya menjadi pemimpin bagi umat. Mereka (sebagian orang Farisi dan ahli-ahli Taurat) hidup dengan cara:

  1. Mereka mengatakan, tapi mereka tidak melakukan. Mereka tahu tentang pengajaran-pengajaran yang benar, tapi mereka hanya mengajarkan itu kepada umat. Mereka tidak melakukannya.

  2. Mereka membebani orang lain, tapi mereka tidak bertindak. Dengan mereka mengajarkan dan mewajibkan umat untuk melakukan, maka mereka menempatkan beban di pundak umat.
    Beban itu diletakkan di pundak orang lain, tapi mereka sendiri tidak mau mengangkatnya.

  3. Merekabertindak,tapidenganalasanyangsalah.Alasanyangdijadikandasarmerekamelakukan ajaran Tuhan adalah agar mereka terlihat saleh. Mereka melakukan praktik ’kesalehan lahiriah’, kesalehan mereka hanya di permukaan saja, tapi tidak berasal dari dalam hati.

Lalu, bagaimana kita hidup? Tuhan Yesus telah mengajarkan, mari kita lakukan.